Berharap Pemimpin Jujur Dan Amanah, Masihkah Masyarakat Berprilaku Hipokrit ?
Malang, cyber-nasional.com – Masyarakat harus cerdas dalam mengikuti pemilihan umum pada 14 Februari 2024 mendatang. Kecerdasan masyarakat dapat terwujud ketika mereka mampu menyeleksi calon wakil rakyat atau pemimpin yang akan dipilihnya. Diera digital saat ini, masyarakat tentu sudah banyak yang tahu akan fenomena dan dinamika politik yang terjadi saat ini. Apalagi beredarnya kasus korupsi yang terjadi, dan pelakunya adalah kader partai politik, otomatis juga berpotensi dampak buruk terhadap calon pemilih.
Hampir merata tiap generasi muda saat ini banyak yang memiliki handphone, dan pastinya mereka mengikuti perkembangan dunia melalui sosial media, maupun media online. Namun ironisnya, mereka semakin sulit membedakan antara berita fakta dan berita bohong. Hal ini, disebabkan banyaknya akun palsu atau buzzer yang sengaja menyebarkan berita bohong untuk menutupi kesalahan demi kepentingan politik mereka.
Hal tersebut telah menjadi perhatian khusus dari Muhamad Ismail Hasan, yakni wartawan senior yang pernah bertugas di wilayah Malang Raya. Dirinya menilai, ketika Bangsa Indonesia berupaya melibatkan peran serta pemuda- pemudi untuk dapat berperan aktif dalam pesta demokrasi, serta mengedukasi akan pentingnya pendidikan politik. Justru banyak fenomena penghianatan yang terjadi dikalangan elit politik.
“banyak kalangan politisi yang sudah menduduki jabatannya dan meraka telah menghianati amanah yang sudah diberikan rakyat pada pemilu sebelumnya. Mereka yang terjerat kasus korupsi otomatis bisa dibilang sebagai penghianat rakyat. Bagaimana tidak? Mereka sebelumnya sudah didukung dan dipilih, namun masih tega mengkorupsi uang rakyat tersebut. Hal semacam inilah yang membuat masyarakat semakin apatis terhadap politik,” seru Ismail pada wartawan. Minggu (19/11).
Masyarakat pun semakin enggan dengan politik, lanjut Ismail, sebab mereka menilai politik itu kotor dan kejam. Bahkan, diantaranya banyak masyarakat yang memilih tidak peduli dengan adanya Pemilu yang artinya mereka memilih menjadi Golput. Dampak buruk akibat dari perbuatan wakil rakyat atau pemimpin yang melanggar konstitusi tersebut juga menjadi tantangan tersendiri bagi calon atau pendatang baru di dunia politik.
“Dampak tersebut juga menjadi rintangan bagi calon wakil rakyat yang tidak memiliki uang banyak. Sebab masyarakat yang sudah terlanjur apatis, mereka mau memilih (mencoblos) asal ada uang atau sesuatu yang diberikan kepada mereka. Meski, pendatang baru tersebut sudah syarat penuh dengan wawasan dan pengalaman. Jadi pendatang baru wajib hukumnya untuk bisa mengedukasi masyarakat tentang persepsi politik yang benar,” ungkap Ismail.
Terkait fenomena yang ada, disinggung terkait strategi kemenangan partai politiknya, serta terkait dirinya sebagai calon DPRD Kabupaten Malang Dapil Lima. Ismail pemilik nomor urut tujuh (7) ini mengaku tetap optimis dan yakin Partai Demokrat di dapil lima masih bisa meraih kursi di DPRD Kabupaten Malang.
“Fenomena yang ada, sudah tentu menjadi sebuah perjuangan sebagai anak bangsa dalam bernegara. Sebab kita harus memberikan pendidikan moril agar persepsi mereka tidak salah terkait politik. Karena politik merupakan keharusan yang tidak bisa dihindari. Sebab, sejak kita lahir kita sudah terikat dengan politik, karena kita hidup dalam suatu negara,” jelas pria asli kelahiran Kabupaten Malang ini.
Seiring hal itu, dirinya berharap agar masyarakat tidak berprilaku hipokrit atau munafik. Sebab, sebagai masyarakat beragama yang percaya akan adanya Tuhan Yang Maha Esa, sudah pastinya mereka menginginkan adanya pemimpin yang jujur, amanah, dan bisa memperjuangkan aspirasi masyarakat.
“Meski keinginan tersebut sering dikemukakan atau menjadi harapan mereka. Akan tetapi mereka banyak yang lupa, dan diantaranya masih banyak yang berharap mendapatkan imbalan uang maupun barang untuk memberikan dukungan kepada calon yang akan dipilih. Sebagai orang yang beragama, mereka banyak yang lupa bahwa suap tersebut juga menjadi larangan besar diajaran agama. Ya, mudah mudahan itu tidak terjadi lagi,” harapnya.
Publisher : REDAKSI
Pewarta : Adm.