Emak-emak. Ras Terkuat di Bumi Serukan Komitmen Jaga Kondusifitas Wilayah Sleman Jelang Pemilu Tahun 2024
Sleman, cyber-nasional.com – Peran kaum ibu dan perempuan—yang diklaim warganet sebagai “ras terkuat di bumi”—pada saat Pemilu biasanya hanya diukur dari tingkat pemenuhan kuota 30% pencalegan dan tingkat partisipasi di TPS. Belum banyak pihak yang memposisikan perempuan sebagai elemen yang strategis pada saat pemilu, terutama dalam konteks untuk menjaga stabiltas dan kondusifitas wilayah.
Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Sleman melalui Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) berupaya untuk mendorong peran gerakan perempuan dalam menjaga kondusifitas wilayah pada saat pemilu dengan mengadakan Seminar Pengendalian Keamanan Lingkungan yang mengambil tema “Optimalisasi Gerakan Perempuan dalam Menciptakan Kondusifitas Pemilu 2024”, yang diadakan pada hari Kamis (14/12/2023) di Pendopo Rumah Dinas Bupati Sleman.
Seminar ini dapat terlaksana berkat kerjasama Bakesbangpol dengan Caksana Institute dan Institute for Democracy & Welfare, diikuti oleh lebih dari 40 (empat puluh) orang perempuan yang merupakan kader anggota Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kabupaten Sleman, kader perempuan Partai Politik Peserta Pemilu, serta para aktivis perempuan yang ada di Kabupaten Sleman.
Bupati Sleman dalam sambutannya yang dibacakan oleh Staf Ahli Bidang Kesejahteraan Rakyat mengatakan bahwa kaum perempuan diharapkan ikut berpartisipasi aktif dalam menciptakan kondusifitas wilayah dengan berbagai upaya, terutama pada masa Pemilu. “Perempuan memiliki kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dalam mendukung kesuksesan Pemilu 2024. Gerakan perempuan dalam menciptakan kondusifitas Pemilu 2024 adalah wujud nyata partisipasi politik perempuan.”
Sementara itu, Sekretaris Caksana Institute yang sekaligus aktivis perempuan, Wasingatu Zakiyah, SH., MA. menyampaikan bahwa ada beberapa contoh upaya nyata yang bisa dilakukan oleh kaum perempuan dalam menjaga kondusifitas wilayah saat masa pemilu. “Yang pertama adalah dengan menolak segala bentuk politik uang. Semangat menolak politik uang ini ditanamkan tidak hanya untuk diri sendiri saja, tapi juga perlu diamplifikasi ke lingkungannya. Yang kedua adalah meningkatkan resiliensi terhadap gencarnya isu SARA dan hoax yang marak saat pemilu. Hal ini bisa dicapai dengan penggunaan media sosial dengan bijak dan selalu meningkatkan literasi digital.”
Di sisi lain, peneliti Institute for Democracy & Welfare, Vici Herawati, SP. yang juga mantan komisioner Bawaslu Kabupaten Sleman, berpendapat bahwa perempuan harus berani dan mau terlibat dalam penyelenggaraan dan pengawasan Pemilu 2024. “Pemilu seolah-olah memiliki kesan maskulin dan bukan dunianya perempuan. Kesan ini harus kita dobrak bersama dengan berani menjadi unsur penyelenggara maupun pengawas pemilu. Kesempatan untuk menjadi KPPS dan Pengawas TPS masih terbuka, ayo para perempuan berbondong-bondong mendaftarkan diri.”
Pada akhir seminar, seluruh peserta bersepakat untuk membacakan dan menandatangani komunike bersama yang berisi seruan untuk menciptakan pemilu damai, menolak segala bentuk politik uang dan menjaga kondusifitas wilayah Kabupaten Sleman.
Editor CN : Jn
Publisher : Red
Reporter : Joni